Danau Melintang merupakan sebuah danau yang berlokasi di daerah aliran sungai Mahakam di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Danau dengan luas sekitar 11.000 hektar ini menyajikan begitu banyak hal menarik. Tak hanya menyuguhkan keindahan alam desa terapung tanpa daratan Muara Enggelam saja, tetapi aktivitas peternakan kerbau rawa di sekitar danau turut mencuri perhatian. Bisa dibilang ini merupakan peternakan kerbau paling unik yang ada di Indonesia.
Terlihat berdesak-desakan segerombolan kerbau berenang membelah menyusuri perairan danau yang begitu luas dengan diiringi beberapa perahu kayu sebagai pemandu. Ini merupakan potret unik dan langka yang mungkin jarang kita jumpai di bumi Nusantara. Dan inilah sebuah kisah peternakan kerbau rawa di danau melintang yang begitu unik dan memukau.
Aktivitas beternak kerbau rawa telah lama berlangsung di Kalimantan, bahkan jejak sejarah mencatat kegiatan ini telah ada sejak abad ke-14 Masehi. Kerbau rawa merupakan salah satu hewan endemik Kalimantan, memiliki ciri fisik sedikit pendek dengan tanduk melengkung dan melebar. Hewan ini juga kerap disebut sebagai kerbau kalang. Satu ekor kerbau rawa dewasa dapat memiliki bobot sekitar 300 hingga 600 Kg.
Yang menarik dari kerbau tersebut adalah kemampuannya yang sangat fasih berenang dan begitu menyukai daerah-daerah berair atau rawa. Saat ini, ada beberapa tempat di Kalimantan yang membudidayakan kerbau rawa, dan daerah sekitaran Danau Melintang di Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara, adalah salah satunya.
Di lokasi ini, terdapat kelompok petani yang beternak ratusan kerbau. Mereka berada di sekitar danau yang airnya kerap pasang, memaksa para peternak membangun kandang-kandang kayu di atas air. Kandang-kandang ini mampu menampung ratusan kerbau dengan berbagai ukuran dan umur. Saat artikel ini dibuat, jumlah kerbau yang digembalakan peternak mencapai angka sekitar 400-an ekor, jumlah yang begitu fantastis untuk ukuran sebuah peternakan tradisional.
Saat air pasang sangat tinggi, kelompok masyarakat peternak biasanya akan menjadi lebih sibuk, sebab sumber pakan menjadi lebih jauh karena sekelilingnya terendam air hingga 7 meter. Untuk itu, pilihan terbaik adalah dengan menggembalakan kerbau berenang melintasi genangan air Danau Melintang.
Aktivitas menggembala kerbau di danau dan rawa sekitar biasanya berlangsung seharian. Kerbau-kerbau ini dilepas pada pagi hari dan kembali pulang menempati kandang pada sore hari. Pada pagi hari, ratusan kerbau turun dari kandang dengan dipandu peternak. Para peternak yang tergabung dalam satu kelompok ini saling berbagi tugas mengatur barisan kerbau yang antri keluar kandang, dan ada pula yang bersiap dengan perahunya di sisi depan kandang, menunggu anggota kelompok ternak lainnya membuka kandang.
Beberapa perahu ini juga yang nantinya mengawal kerbau menuju padang rumput sebagai sumber pakan, dan di sinilah letak suguhan epic dari peternakan kerbau rawa yang sebenarnya: berenang membelah perairan Danau.
Ratusan kerbau ini menyajikan potret yang begitu memukau. Kerbau-kerbau berenang perlahan menyeberangi Danau yang luas, sementara para penggembala mendampinginya di setiap sisi dengan mendayung perahu. Tak jarang para peternak turut terjun ke danau dan mengiringi kerbau sembari berenang.
Potret mengesankan juga tercipta di kala kerbau melintasi pepohonan besar yang tergenang air. Setelah beberapa menit berenang dan berjuang, akhirnya sampailah kerbau-kerbau ini di lokasi padang rumput. Namun, jangan berharap menemukan daratan luas dengan hamparan rumput hijau segar di atasnya.
Padang rumput yang dimaksud pun juga berada dalam genangan air, namun lebih dangkal sehingga ujung rerumputan masih terlihat menyembul ke atas permukaan air. Di sinilah ratusan kerbau itu mencari makan, sembari kerbau bersantap, para penggembala tetap fokus menjaga kerbau agar tidak ada yang keluar dari rombongan.
Pemantauan ini terus dilakukan dari perahu hingga sore hari sebelum terbenamnya sang surya. Uniknya, karena masih dalam kawasan perairan, kerbau mencari makan dalam kondisi tetap berenang. Bahkan kerbau harus memasukkan kepala ke dalam air untuk menarik rumput ke permukaan.
Para penggembala yang masih menggunakan perahu tetap menjaga kerbau mencari makan agar tidak keluar dari areal yang ditetapkan sebagai tempat pakan kerbau. Di hari itu, untuk mengatasi kejenuhan, biasanya penggembala membawa speaker portable agar bisa mendengarkan lagu-lagu kesukaan mereka melihat kerbau berenang, kemudian menyelam, dan menarik rumput ke permukaan.
Tentu saja, ini menjadi pemandangan paling unik setiap hari. Lokasi yang dituju selalu berbeda-beda tergantung dari banyaknya rumputan yang tersedia, akan tetapi lokasinya tetap berada di salah satu sisi Danau Melintang.
Ketika sore tiba, kerbau-kerbau yang sudah seharian menyantap rerumputan kembali digiring ke kandang, masih dengan cara yang sama. Para peternak menggiring kerbau dengan perahu dan memastikan tak ada satu ekor pun dari kerbau mereka yang keluar dan terpisah dari rombongan.
Namun, untuk diketahui, tidak semua kerbau di sini digembalakan dengan cara dilepas ke danau. Hanya kerbau-kerbau dewasa dengan fisik sehat saja yang mencari makan secara mandiri menyusuri dalamnya air danau. Sedangkan untuk kerbau betina yang sedang hamil serta anakan kerbau yang masih memerlukan susu dari induknya, kerbau-kerbau ini tidak digembalakan, namun dicarikan rumput.
Singkatnya, peternakan kerbau rawa yang tengah berlangsung tak hanya memberikan potensi ekonomi yang begitu besar bagi warga setempat, melainkan juga sebagai salah satu kearifan lokal yang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Lokasi dan cara budidayanya yang tidak biasa ini dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.